Sekian
lama aku tak melihat alis tebalmu yang menghitam dan membuat wajahmu menjadi
lebih jelas garisnya. Senyumanmu dan suaramu menjadi sesuatu yang asing buatku
sekarang. Kamu yang dulu pernah menggenggam tanganku sedemikian eratnya dan aku
tak akan pernah melupakan air mata perihmu saat aku memutuskan bahwa kita harus
berpisah di persimpangan jalan yang itu. Kamu yang dulu paling lama berada di
dalam hatiku.
Bertahun-tahun
kumundurkan ingatanku dan mengingat bagaimana pertemuan kita berlangsung. Aku yang
sangat kurus. Olive. Begitu kamu menyebutku, sebab kurusnya tubuhku yang memang
membuat tubuh tinggiku semakin kerempeng. Kamu yang pertama kali membawaku ke
konser untuk menonton SLANK. Padahal jelas sekali aku masih fobia dengan segala
jenis suara keras. Kamu ingat bagaimana orang menyapaku saat aku masuk denganmu
ke tempat konser tersebut akan dilangsungkan. Mereka mengolokku dan menanyakan
aku akan pengajian di mana.
Tapi kamu
dengan percaya diri berdiri di sampingku. Menjaga jangan sampai ada orang lain
yang dengan sengaja mengjahiliku. Perasaanku waktu itu sedikit gugup. Sebab aku
ingin bersamamu namun di sisi yang lain aku takut aku akan menangis mendengar
semua suara yang menakutkan itu. Suara-suara yang terlampau keras bagiku yang
takut dengan segala jenis suara keras. Ternyata ketakutanku berubah menjadi
perasaan yang menyenangkan. Saat kamu berada di sampingku aku tak takut apa
pun. Aku bahkan rasanya tak mendengar suara apa pun. Aku hanya mendengar
suaramu.
Kalau kamu
tahu, hingga hari ini aku masih mengingat malam itu. Bagaimana wajahmu menekuk
sebab kita diminta segera pulang. Ibuku memintaku untuk pulang karena dia tak
ingin aku bersamamu. Bersama orang yang belum dikenalnya sama sekali. Kamu yang
baru saja membawaku pergi tiba-tiba harus kembali ke rumah dan memperlihatkan
pada orang yang tak ingin kita dekat. Kakakku. Tentu saja itu akan menjadi hal
yang paling menyebalkan. Kamu yang sudah mempersiapkan semuanya malah menjadi
berantakan gara-gara seseorang yang cemburu pada hubungan yang belum sama
sekali terjadi.
Aku memang
melihat pijar di matamu yang mengatakan bahwa akulah perempuan yang kamu cari
selama ini. Padahal aku tak pernah merasa aku lebih istimewa dari gadis lain
yang kamu kenal sebelumnya. Ada banyak sekali kekurangan yang membuatku bahkan
jauh di bawah perempuan-perempuan yang aku kenal. Tak banyak yang bisa aku
banggakan. Lalu kamu sepertinya menyadari bahwa aku juga merasakan hal yang
sama. Ada sesuatu yang menggelitik perutku saat melihatku. Aku menyukaimu sejak
pertama kali kita berkenalan. Padahal aku tak percaya dengan cinta pada
pandangan pertama.
Sekarang,
semuanya hanya menjadi sebuah kenangan yang akan kita simpan sebagai sesuatu
yang tak akan terjadi lagi. Kamu sudah bersama yang lain. Begitu pula denganku.
Bahkan kamu sudah memiliki buah cinta dengan dia. Aku sendiri saat ini baru
akan memulai kehidupan yang sebenarnya bersama orang lain yang akan kusebut
sebagai suami. Kamu yang untuk pertama kalinya lagi setelah sekian tahun tak
kutemui menyalamiku lagi.
Mengingatkanku
pada sentuhan pertamamu waktu kita berkenalan dulu. Rasa itu memang sudah tak
bersisa untukmu tapi aku tak bisa mengatakan betapa pentingnya kamu dulu untuk
kehidupanku. Bagaimana banyaknya air mata yang keluar karena perpisahan kita. Semua
galau itu memang sudah lewat, kamu menyisakan kenangan yang akan kubawa sampai
aku menua nantinya.