Kemarin
akhirnya saya berinai juga. Mengingat belasan tahun yang lalu bahkan
puluhan tahun yang lalu saat paman saya menikah dengan perempuan yang
dicintainya saya tahu benar bagaimana cara mereka berinai.
Menggunakan daun inai yang ditumbuk dengan gambir supaya warnanya
lebih merah. Semakin banyak gambir yang digunakan akan semakin merah
pula kuku jari pengantin.
Selain
ditempelkan di kuku, inai juga akan menutupi kulit di bagian buku
jari yang paling atas. Inai ditumbuk malam-malam lalu dikenakan
sebelum tidur. Supaya daun inai tumbuk tersebut tidak lepas biasnaya
dibungkus dengan kain atau plastik yang menggulung ujung jari.
Sekarang tak perlu lagi melakukan hal seperti itu. Sebab sudah banyak
inai dalam bentuk pasta yang sangat praktis. Bisa dikenakan kapan pun
kita ingin dan tidak butuh 1 jam untuk membuat warnanya menempel pada
jari.
Sekarang
jemari tangan dan kaki saya sudah merah karena inai. Dulunya saya
hanya bisa memikirkan bahwa suatu hari saya akan berinai saat akan
menjadi pengantin. Saya yang masih sangat kecil waktu itu. Melihat
bagaimana pengantin-pengantin itu diinai. Tidak hanya pengantin
perempuan yang berinai. Pengantin pria juga mengenakan inai. Sebagai
tanda bagi orang yang melihat bahwa dia baru saja melangsungkan
pernikahan.
Waktu
kecil dulu saya sering mengenakan inai. Ada yang dibuat dari daun
inai dan gambir tapi sering pula membuat inai dari daun pacar. Kalau
dari daun pacar warnanya lebih oranye. Memang di kampung mewarnai
kuku dengan pacar atau inai sering dilakukan anak-anak. Lalu saling
memperhatikan kuku jari teman yang juga mengenakan inai atau pacar.
Seiring berjalannya waktu kuku akan memanjang dan warna kuku yang
asli akan muncul dan kuku yang memanjang tersebut bagian atasnya akan
dipotong. Lama kelamaan bagian yang berinai itu akan menghilang.
Dari
banyak inai yang saya kenakan, inai tahun ini yang menghiasi jari
saya adalah yang paling bersejarah. Karena ini adalah inai yang wajib
saya kenakan sebagai calon pengantin.
Kamu
sudah pernah mengenakan inai? Atau pacar?