Masih
ingat dengan bunga telur yang pernah saya ceritakan? Di Pontianak
sendiri masih banyak yang menyediakan hiasan makanan ini untuk pesta
pernikahan. Jika sebelumnya jumlah bunga yang akan dirangkai menjadi
pokok telok (pohon telur) hanya puluhan, tadi pagi ternyata
jumlahnya sudah bertambah menjadi sekitar 100 batang bunga telur.
Tambahannya
terbuat dari kain flanel. Sebenarnya di kampung saya lebih sederhana
lagi bentuk bunga telur ini. Hanya lidi yang dihiasi dengan kertas
hias yang biasanya dibuat untuk bunga manggar dan bagian ujungnya
diberi sebutir telur yang kulitnya diwarnai dan ditusuk dengan lidi
tersebut. Kalau ada yang bertanya pada saya bagaimana cara
membuatnya, mohon maaf sekali sebab saya belum pernah membuatnya sama
sekali.
Ini
buatan adik calon mertua saya yang memang senang sekali membuat
bunga. Apalagi dia memang membuka usaha membuat pokok telok (pohon
telur/bunga telur). Banyak sekali bunga buatan yang dipersiapkan
untuk pernikahan saya. Wajar rasanya saya merasa sangat terharu.
Padahal saya pikir saya hanya akan menjalani pernikahan biasa seperti
yang saya harapkan. Lalu hidup berumah tangga dengan laki-laki yang
saya cintai dan mencintai saya balik.
Sekarang
saya merasa penyambutan semua orang seakan-akan saya adalah seorang
puteri yang harus mendapatkan semua yang ada sekarang. Mengharukan
rasanya mendapatkan sedemikian banyak kenikmatan yang tak pernah saya
duga sebelumnya. Bunga-bunga telur itu akan menjadi saksi yang akan
menjadi pengingat betapa bahagianya diri saya yang pada akhirnya
resmi menjadi seorang istri.
Bunga
itu berwarna kuning dan merah. Dengan tangkai hijau yang terbuat dari
kawat dan bambu. Daun-daunnya yang berwarna hijau tua sangat terasa
hidup dan membuat saya tak bosan memandangnya. Nanti satu demi satu
bunga telur itu akan diberikan pada anak-anak dari tamu yang hadir.
Tak semua tamu akan mendapatkannya. Melainkan hanya tamu-tamu dari
keluarga dekat yang akan mendapat bagian. Atau setidaknya orang-orang
yang dihormati.
Masyarakat
Melayu memang sudah terbiasa menyediakan bunga telur setiap
mengadakan pesta pernikahan. Entah memang adat seperti ini hanya ada
pada pernikahan di Kalimantan Barat atau ada juga yang memiliki
tradisi yang sama. Sejak kecil saya selalu menantikan bunga telur
yang Aki dapatkan dari pesta pernikahan yang dia hadiri. Aki memang
selalu mendapatkan bagian bunga telur pengantin setiap kali diundang
pada pesta pernikahan. Sebab Aki orang yang dituakan di kampungnya.
Entah
siapa saja yang beruntung mendapatkan bunga telur ini untuk dibawa
pulang sebagai kenangan. Saya juga tidak tahu apakah nantinya ada
nasi ketan yang dijadikan pondasi bunga telur ini di dalam Perahu
Lancang Kuning yang digunakan sebagai tempat menampung bunga telur
ini. Nanti saya akan cerita lebih banyak lagi ya!