Sabar sayang, sebuah hutan tidak
tumbuh dalam satu malam. Kalimat beginilah yang pada akhirnya mampu meredakan
ketergesa-gesaan yang suka muncul dari dalam diri saya. Untuk menyabarkan diri
sendiri saya akan membaca kalimat tersebut berkali-kali.
Setiap orang punya tingkat
kesabaran yang berbeda. Tak semua orang bisa terus-menerus sabar saat
berhadapan dengan sesuatu hal. Kesabaran selalu ada batasnya. Itu memang
manusiawi, saat kehilangan kesabaran kemarahan akan muncul dengan sendirinya. Tak
dapat dipungkiri betapa kesabaran itu membutuhkan latihan yang panjang untuk
mencapai tingkatan yang tertinggi. Orang-orang yang bisa kita sebut sebagai
orang yang sabar sekalipun kadang bisa juga lepas kendali terhadap dirinya
sendiri.
Sekarang saya akan mulai belajar
sesuatu dari awal. Saya tak akan memaksakan diri untuk memahami semua hal yang
saya butuhkan dalam satu malam. Saya rasa belajar sehari satu hal lebih efektif
dari pada banyak hal dalam satu malam dan membuat pembelajaran itu lebih
menegangkan karena kita sedang menahan kesabaran. Menahan diri untuk tetap
fokus dan kuat menghadapi tantangan selanjutnya.
Sabar sayang, sebuah hutan tidak
tumbuh dalam satu malam.
Kalimat itu terus terngiang dalam
kepala dan membuat saya mengerti bahwa setiap hal butuh proses. Bahkan proses
yang sangat panjang juga harus dijalani kalau kita memang ingin mendapatkan
sesuatu. Tak ada salahnya terus mencoba kalau melakukan kesalahan atau
berhentilah sebentar saat menemukan kebuntuan. Ketika kita melanjutkan
pembelajaran tersebut dengan pikiran yang kusut dan penuh dengan kebuntuan yang
ada kita akan kehilangan kesabaran dan frustasi.
Setiap masalah pasti akan ada
jawabannya. Setiap kebuntuan akan menemukan kembali bagiannya pangkal dan
ujungnya. Tak ada benang yang kusut yang tak bisa diurai selama kita mau
bersabar. Terus bersabar dan mencoba hingga akhir. Karena kita bukanlah orang
yang gagal kalau kita tak menyerah dengan keadaan yang terus memaksa kita untuk
berhenti selamanya.