Makanan
yang satu ini memang khas dari Padang. Setiap rumah makan Padang yang tersebar
di seluruh Indonesia dapat dipastikan menyediakan rendang daging sapi. Masalah ukuran
dan rasa balik lagi ke rumah makan tersebut. Namun tampilannya rata-rata
serupa. Dengan daging yang terpotong-potong dan tenggelam dalam kuah yang
kental penuh bumbu.
Rendang
daging dulunya hanya ditemukan di dapur pada hari-hari besar. Perayaan semacam
idul fitri atau idul adha adalah hari-hari di mana rendang akan menjadi
primadona. Sebab di kampung saya hingga hari ini tak ada yang namanya rumah
makan padang. Sejak kecil tak ada yang membuka rumah makan di sana. Berbeda dengan
beberapa kampung tetangga yang sudah banyak orang membuka rumah makan.
Pikiran
saya waktu itu sih sederhana, tak ada orang yang akan membeli nasi di rumah makan
karena setiap ibu di kampung akan memasak sendiri makanan untuk keluarganya. Kalau
sudah ada nasi di rumah mengapa harus membeli dari warung makan? Membeli nasi
di pasar adalah hal yang aneh buat sebagian orang masa itu. Paling orang lebih
suka membeli bakso atau mie goreng dan jajanan lainnya.
Nasi adalah
sesuatu yang akan selalu kita temukan di rumah jadi nenek saya tidak terbiasa
untuk makan nasi bungkus yang dibeli dari warung.
Berbeda dengan
sekarang di Pontianak, saya akan menemukan banyak sekali rumah makan padang dan
membeli nasi dari rumah makan adalah hal yang biasa saya lakukan. Belum lagi
rumah makan padang yang selalu bisa menawarkan sebungkus nasi lengkap dengan
rendang dengan harga yang sangat murah. Tentunya lebih menggoda untuk mahasiswa
yang malas masak di rumah.