
Beberapa
hari yang lalu saat mampir ke Bandara Internasional Supadio Pontianak bersama
Putra, saya melihat sebuah kursi yang ada di kantin bandara. Saya sebut kantin
karena memang suasananya seperti kantin. Waktu melihat kursi tersebut saya jadi
merasakan bahwa kehidupan ya seperti kursi itu.
Hidup itu seperti kursi kosong di kantin, kamu bisa singgah dan duduk atau pergi begitu saja tanpa menikmati apa-apa.
Rasanya
kehidupan itu seperti kursi kosong yang sering kita temui di sebuah tempat. Bisa
kantin, bisa restoran, warung kopi, atau tempat lain yang menyediakan kursi. Kursi
tersebut sesekali kosong, sesekali pula akan terisi oleh orang yang singgah dan
ingin menghabiskan sedikit waktunya di sana. Bukankah kita manusia itu seperti
orang yang menemukan kursi kosong yang ada di kantin?
Kita
bisa singgah dan duduk lalu memesan makanan di kantin tersebut. Ada harga yang
harus dibayar dari setiap hal yang kita ambil, makan atau minum di kantin
tersebut. Kita bisa saja pergi meninggalkan kantin dan kursi kosong tersebut
tanpa mengambil apa-apa. Saat kita berlalu dari kursi kosong tersebut dan
memutuskan melewatkan semua kemungkinan yang akan terjadi dengan perhentian tersebut
tentu saja ada hal-hal yang kita biarkan hanya menjadi kemungkinan.
Saat
kita melewatkan kursi kosong tersebut artinya kita memberikan kesempatan pada
orang lain dengan kehidupannya sendiri. Mau apa dia dengan kehidupan yang sudah
diberikan padanya? Tak ada yang akan benar-benar tahu kelanjutan dari hal
tersebut.
Percayalah,
kehidupan selalu menawarkan kursi untuk kita. barangkali kita beruntung
menemukan kursi kosong di sebuah kantin yang menyediakan makanan enak dan harga
yang terjangkau. Tapi kehidupan tak selamanya mudah, akan banyak rintangan yang
akan kita temukan. Lalu kita akan merasakan hawa kehidupan yang sebenarnya. Tak
selamanya kursi-kursi itu akan kosong. Ada masanya kita harus menunggu agar
kursi dan meja yang akan kita singgahi benar-benar kosong.