
Selama
saya traveling tak pernah terlintas di kepala saya untuk membeli kartu pos dari
tempat tersebut. Bukan apa-apa, saya sendiri memang tidak memiliki hobi
mengoleksi benda yang satu ini. Selain karena saya bukan orang yang rapi dan
bisa menyimpan barang kenang-kenangan dengan baik, saya hingga hari ini masih
tak begitu mengerti manfaatnya.
Jadi
ya saya selalu beli oleh-oleh yang bisa digunakan. Seperti gantungan kunci,
sandal, atau dompet, bahkan tak jarang saya membeli oleh-oleh pakaian. Sedangkan
kartu pos itu rasanya hanya pajangan. Nah masalahnya saya bukan orang yang suka
memajang-majang benda di kamar. Apalagi kalau fungsinya untuk mengingat kembali.
Maklum saya belum punya rumah sendiri dan selalu menyimpan barang di dalam
kardus kalau memang barang tersebut bukan kebutuhan harian.
Sayang
kan kalau saya punya banyak benda yang gampang rusak dan akhirnya benda
tersebut terselip di dalam kardus?
Tapi
saat saya menerima kartu pos pertama dalam hidup saya, akhirnya saya sadar satu
hal, kartu pos itu memang tidak bisa digunakan kembali. Hanya bisa disimpan
atau dipajang di dinding. Namun ada rasa yang tersembunyi di sana. Apalagi saat
Panda menuliskan sesuatu di belakangnya. Rasanya beda ya kalau dapat ucapan
dari seseorang melalui kartu pos dibandingkan sebuah postingan di blog?

Walaupun
saya bisa merasakan rasa yang dikirimkan sang kartu, saya rasa saya akan lebih
suka mengirimkan kartu pos daripada menerima. Pengennya orang lain yang
menyimpan kenangan tentang saya dibandingkan saya yang harus mengenang orang
lain lalu larut dalam kesedihan.
Saya
tekankan sekali lagi, ini kartu pos pertama saya. Buat Panda makasih sudah
memberikannya.