Pernah ada yang bertanya pada kita, apakah kita bisa berenang
atau tidak? Buat yang memang tak bisa berenang tentu akan menjawabnya sedikit
lambat. Ada rasa malu terselip dalam jawaban itu. Bahkan tak jarang orang yang
tak bisa berenang akan menjawab pertanyaan tersebut dengan gelengan kepala dan
senyum tipis karena malu.
Saya sendiri mengalaminya. Berkali-kali saya menjawab pertanyaan
tersebut dengan rasa minder. Rasanya memang sayang sekali tak bisa berenang.
Sedangkan saya lahir di daerah pantai. Banyak yang bertanya juga: ‘bagaimana
bisa seseorang yang lahir di daerah pantai tak bisa berenang?’. Apalagi untuk
orang yang sudah tahu tentang Jawai. Menurutnya adalah hal yang mustahil orang
yang lahir di jawai orang yang tak bisa berenang.
Harus saya tekankan berkali-kali bahwa orang yang lahir di Jawai
tak semuanya bisa berenang. Saya dan beberapa saudara saya tak bisa berenang
walaupun lahir dan besar di Jawai. Meskipun di setiap desa yang ada di
Kecamatan Jawai ada pantainya bukan berarti saya memiliki keberanian untuk
belajar berenang, apalagi saat saya pertama kali belajar berenang saya hampir
tenggelam. Trauma yang mendalam membuat saya takut untuk mencoba berenang lagi.
Apalagi saya suka membayangkan banyak mahluk ajaib di dalam air sana yang bisa
memakan saya. Padahal saya tahu sendiri kalau buaya tak ada di laut apalagi
pantai. Ah lupakan bagian itu.
Kemudian Matt, travel blogger dari Kanada menyadarkan saya bahwa
tidak bisa berenang bukanlah hal yang buruk. Dia mengatakan saya akan menjadi
kapten kapal pesiar terbaik dengan kekurangan saya tersebut. Sebab seorang
kapten kapal yang tak bisa berenang akan berusaha sebaik mungkin mempertahankan
kapalnya jangan sampai karam karena dirinya sendiri tak bisa berenang. Kapal karam
adalah hal terakhir yang ingin ia temukan di dunia ini.
Saat itu saya berpikir bahwa apa yang Matt katakan benar. Untuk menjadi
kapten kapal terbaik adalah dengan mempertahankan kapal jangan sampai karam di
tengah lautan. Satu-satunya orang yang akan mati-matian melakukan itu adalah
kapten kapal yang tak bisa berenang. Matt menambahkan juga bahwa saat naik
sebuah kapal, tanyakan pada kaptennya dulu. Apakah dia bisa berenang atau tidak?
Apabila dia menjawab tidak bisa berenang maka naikilah kapal tersebut karena
dia adalah kapten terbaik untuk kapal tersebut.
Satu hal lagi yang menarik dikatakan Matt. Saya yang tak bisa berenang
ini sebaiknya melamar posisi sebagai kapten kapal dengan mengatakan kekurangan
saya tersebut saat melamar. Karena seorang kapten kapal yang tak bisa berenang
adalah aset terbaik untuk mempertahankan kapal tetap di atas air.
Terlepas dari fakta yang ada di lapangan. Kata-kata Matt membuat
saya memandang setiap kekurangan saya menjadi sebuah kelebihan. Bahwa tak ada
satu kekurangan pun yang tak bisa dimanfaatkan dan dimodifikasi menjadi
kelebihan. Bahkan kekurangan belum tentu sebuah kekurangan ketika kekurangan
tersebut dibawa ke sebuah situasi yang membuatnya menjadi kelebihan.
Jadi, inilah kapten kapal terbaik di dunia ini: ‘saya dan orang
yang tak bisa berenang lainnya!’.