Kalau dulu banyak penipuan yang berkedok berdagang online melalui facebook. Dagangannya ponsel atau netbook yang dilabeli dengan produk ‘BM’ atau black market yang membuat mereka bisa menjualnya dengan harga sangat miring. Tak pelak harga miring bisa membuat banyak orang terkecoh dan mau saja digiring untuk melakukan transfer sejumlah uang ke pedagang gadungan tersebut. Hingga sekarang pun masih banyak saja orang yang berkedok pedagang barang black market yang berkeliaran. Tidak hanya melalui facebook, mereka juga sudah mau membayar domain tertentu untuk memuluskan langkah penipuannya.
Dapat ditebak, orang yang melihat pedagang tersebut menggunakan domain berbayar merasa pedagang tersebut benar-benar berjualan. Sehingga mau masuk perangkap yang sudah dipasang sang pedagang. Barang-barang elektronik yang harganya bisa menembus harga 6-8 juta kadang berani mereka tawarkan dengan harga 1-2 juta saja. Kalau orang tak menggunakan pikiran yang jernih tentunya sangat tertarik untuk membeli barang yang ditawarkan penipu tersebut.
Tapi kalau kita gunakan logika, apakah ada orang yang mau mendapatkan keuntungan sedikit bahkan terkesan merugi menjual barangnya? Apabila seseorang memiliki barang yang bisa dijual dengan harga 6-8 juta untuk apa dia membanting harga barang tersebut sampai 1-2 juta saja? Katakanlah memang produk tersebut memang barang ilegal setidaknya 3-4juta orang masih mau membelinya. Tak perlu capek-capek menjualnya di internet. Jual saja pada orang yang dikenal di dekat tempat tinggal. Promosikan lewat SMS ke teman-teman, tentu jauh lebih mudah transaksinya bukan?
Lebih anehnya lagi masih ada yang tertipu dengan godaan boleh membayar uang muka 50% dari harga barang yang ingin dibeli. Dari banyak pedagang online, pernahkah menemukan pedagang online yang benar-benar berjualan berani mengirimkan barang hanya setelah menerima setengah dari uang yang dikirim pembeli? Saya saja jualan makanan khas Pontianak selalu meminta pembayaran penuh sebelum mengirim barang. Karena dengan melonggarkan aturan seperti itu membuka celah orang lain untuk menipu kita bukan? Kecuali memang sejak awal kita ingin menipu orang lain.
Nah modus-modus seperti itu sepertinya sudah terlalu banyak yang menggunakan dan sudah terlalu banyak yang tahu. Sekarang mereka mengubah strategi untuk meyakinkan pembelinya. Karena sekarang nomor resi pengiriman paket sudah bisa diperiksa secara online. Inilah yang dimanfaatkan oleh pedagang online penipu untuk mendapatkan keuntungan. Yaitu dengan mengirimkan barang terlebih dahulu, memberikan nomor resi barulah pembeli membayar total pembelian.
Apakah mereka memberikan nomor resi palsu? Tentu saja tidak. Nomor resi tersebut bisa kita periksa secara online dan paket tersebut benar-benar untuk kita. Tapi jangan harap isinya adalah smartphone yang kita dapatkan dengan harga sangat murah. Kadang yang dikirim adalah kotak sabun atau benda-benda yang kotaknya serupa dengan ukuran kotak barang yang kita beli. Mereka mengirimkan barang-barang yang ukurannya sama hanya untuk mendapatkan nomor resi ekspedisi yang bisa mereka gunakan untuk mengelabui kita.
Hati-hati juga dengan modus penipuan yang berkedok ingin membeli barang yang kita pasarkan secara online dan mengaku sudah transfer. Namun saat kita cek ternyata tidak ada uang yang masuk ke rekening kita. Lalu dengan percaya dirinya dia meminta kita untuk menyukseskan transferannya melalui ATM. Sebenarnya yang dia inginkan adalah menyedot uang kita di ATM hingga tak bersisa. Hati-hati terhadap bentuk penipuan yang sekarang semakin marak.
Masih banyak modus penipuan lain yang akan saya tuliskan. Tunggu saja postingan selanjutnya!