Saat teman-teman saya banyak yang ke Jogja
untuk melanjutkan studinya saya sendiri waktu itu masih harus
mengumpulkan uang untuk kuliah. Sehingga saya terlambat satu tahun
dibandingkan teman-teman saya. Waktu itu saya berjanji dengan diri
saya sendiri, saya akan mendatangi Jogja. Walaupun bukan untuk
kuliah.
Beberapa tahun yang lalu akhirnya saya
berhasil menjejakkan kaki di sana. Semuanya serba mendadak. Waktu itu
saya tak punya rencana sama sekali untuk datang ke Jogja karena uang
saya belum cukup. Maklum untuk ke sana setidaknya saya harus
mengantongi uang paling tidak 2juta untuk tiket pesawat pulang pergi. Belum makan dan penginapan.
Lalu tiba-tiba kesempatan itu datang.
Seorang teman menawarkan tiket untuk ke Jakarta. Karena dia tak punya
teman seperjalanan selama di pesawat. Sebenarnya sih saya agak takut
ya, karena tak begitu dekat dengan teman saya yang ini. Apalagi saya
mengenalnya dari facebook. Waktu itu saya masih menggunakan ponsel
saya yang lama dan berlangganan paket data telkomsel flash community
yang harganya 10.000IDR/bulan untuk mengakses facebook. Bahkan sering pula saya mengakses facebook secara gratis karena Telkomsel tidak menarik biaya dari facebook yang dibuka dengan alamat 0.facebook.com.
Sudah banyak kejadian buruk yang menimpa
seorang perempuan yang berkenalan dengan lawan jenisnya melalui
facebook. Ada yang diperkosa, ada pula yang dibunuh, bahkan keduanya
sekaligus. Mengerikan. Tapi keinginan untuk mendatangi Jogja
sedemikian besarnya. Saya pikir tak mengapa selama saya yakin akan
baik-baik saja.
Ternyata teman facebook saya ini mendapatkan
dua tiket ke Jakarta dengan harga yang sangat miring dan dia tahu
saya sangat ingin liburan ke luar kota. Apalagi dia tahu saya selalu
bilang ingin ke Jogja. Jadilah kami berangkat beberapa hari kemudian
dengan pesawat Batavia Air. Waktu itu Batavia belum bangkrut dan kami
mendapatkan tiket seharga 320.000IDR untuk ke Jakarta.
Sesampainya di Jakarta kami harus menginap
di hotel karena sudah hampir malam dan kami akan melanjutkan
perjalanan esok hari. Teman saya ini sebenarnya memang ingin langsung
ke Jogja karena ibunda tercintanya yang sudah lama sakit meninggal
dunia. Sedangkan saya sendiri ingin sekali singgah ke Malang lebih
dahulu. Ada beberapa teman facebook yang ingin saya datangi.
Kalau memikirkan diri saya yang waktu itu,
rasanya saya sedikit bingung, nekad sekali saya mendatangi
orang-orang yang hanya saya kenal dari facebook. Sudah banyak korban
berjatuhan tapi saya dengan yakin ingin menemui mereka. Saya hanya
ingin berprasangka baik dengan orang di sekitar saya.
Baiknya teman facebook yang jadi teman
seperjalanan ini membelikan tiket pesawat untuk ke Malang esok pagi.
Dengan bantuan teman facebook saya lainnya yang memang membuka jasa
mengantar orang di Jakarta kami membeli tiket di sebuah tempat
penjualan tiket pesawat yang lumayan jauh dari tempat kami menginap.
Tahun itu sebenarnya adalah pertama kalinya
saya naik pesawat sebagai seorang perempuan dewasa. Jadi itu adalah
pengalaman yang sangat baru bagi saya. Besoknya kami berpisah. Dia
langsung terbang ke Jogja dan saya sendiri ke Malang.
Pertama kali ke Malang dan tak punya teman
seperjalanan memang sedikit menakutkan. Tetapi saya bisa bertemu
dengan teman facebook saya yang lainnya dan mampir ke rumahnya.
Berkenalan dengan keluarganya. Lalu satu malam saya menginap di
penginapan tengah kota yang harganya miring. Saya masih ingat, satu
malam biaya menginap di hotel itu hanya 80.000IDR.
Besoknya saya ingin berkeliling tapi tak
tahu harus bersama siapa karena teman saya sendiri sudah bekerja dan
saya tak ingin menyusahkannya. Pilihan satu-satunya hanya becak.
Jadilah hari itu saya nekad menyewa sebuah becak seharian dan
keliling kota Malang. Saya merasa sangat beruntung karena bertemu
dengan seorang tukang becak yang sangat baik.
Selama berkeliling dia selalu menawarkan
untuk berhenti di tempat yang bisa saya jadikan latar untuk berfoto.
Bahkan dia tidak masalah saya singgah ke beberapa pusat perbelanjaan
dan menunggu di parkiran. Tas saya semuanya saya tinggal di becak dan
bapak Sutikno dengan setia menunggui saya sambil merokok.
Bapak Sutikno pulalah yang mengajari saya
untuk ke Jogja dengan naik kereta karena saya harus menghemat uang
saya sekarang. Sebab saya sendirian dan saya bahkan belum punya tiket
untuk pulang ke Pontianak. Saya sendiri juga tidak tahu akan pulang
kapan. Benar-benar nekad ingin datang ke Jogja tanpa teman dan
pengalaman.
![]() |
Bersama Pak Sutikno, Malang |
Tiket kereta dari Malang ke Jogja kebetulan
murah hari itu karena bukan hari libur. Seingat saya harganya
170.000IDR untuk kereta eksekutif. Berbekalkan sebuah nomor ponsel
teman yang berasal dari Magelang dan berbaik hati menunggu kedatangan
saya di Jogja, di Stasiun Tugu, saya mantapkan niat saya untuk ke
Jogja. Jangan ditanya lagi ini teman kenal dari mana, karena tentu
saja dia adalah seseorang yang saya kenal melalui facebook juga dan
kami belum pernah bertemu sama sekali.
Nekad!
Tengah malam saya tiba di Stasiun Tugu dan
disambut oleh teman facebook saya dan temannya. Sebenarnya mereka
ingin mengajak saya ke Magelang dan melihat Candi Borobudur. Tetapi
karena saya tiba tengah malam, mereka memutuskan besok saja membawa
saya ke Magelang. Malam itu kami habiskan dengan makan di Jalan
Malioboro, Jogja.
Saat saya akhirnya berbaring di penginapan,
saya merasa sangat senang. Sebab apa yang saya impikan selama ini
tercapai! Saya benar-benar mendatangi Jogja. Kota impian yang hanya
bisa saya pikirkan dalam kepala. Tapi saya tidak langsung keliling
Jogja besoknya karena teman ini mengajak saya ke Candi Borobudur dulu
sebelum saya menghabiskan waktu lebih lama di Jogja.
![]() |
Candi Borobudur, Magelang |
Puas keliling Candi Borobudur, saya
sendirian lagi kembali ke Jogja dari Magelang. Naik angkutan Travel
Rahayu (CMIIW) yang ongkosnya 17.000IDR dari Magelang ke Jogja saya
berusaha menghilangkan penat yang saya rasakan selama perjalanan.
Saya duduk di depan, di samping supir.
Nasib baik lagi-lagi memihak saya. Meskipun
saya harus menerima omelan sang bapak supir yang kaget saat tahu saya
keliling liburan sendirian. Dia bilang tidak baik perempuan bepergian
sendirian. Memang sih. Tapi kalau saya waktu itu tidak nekad mungkin
impian saya untuk datang ke Jogja tidak segera terwujud. Bapak supir
itu yang terkesan protektif mengantar saya ke penginapan murah yang
menurutnya aman bagi saya.
Sebab sebelumnya saya menginap di penginapan
yang ada di Jalan Pasar Kembang. Ternyata tempat itu merupakan daerah
prostitusi dan banyak yang menggunakan penginapan yang sama dengan
saya untuk berkencan dengan perempuan bayaran. Saya yang tidak tahu
soal Pasar Kembang tentu saja kaget. Untungnya saya tidak apa-apa.
![]() |
Jogja |
Apakah ceritanya tuntas? Belum! Karena
setelah menginap tiga malam di Jogja saya memutuskan untuk pulang.
Waktu itu uang saya tinggal 1jutaan. Sedangkan perjalanan masih jauh.
Saya bingung tapi saya harus pulang. Tapi saya tidak ingin mengatakan
masalah uang saya yang menipis ini pada ibu saya. Walaupun sebenarnya
lebih baik saya meminta tambahan padanya.
Menimbang-nimbang ongkos kereta yang mahal
pada hari libur saya memutuskan naik bus pulang ke Jakarta. Niatnya
sih begitu tiba di Jakarta langsung membeli tiket pulang lalu naik
taksi ke bandara. Berharap uang 1 juta itu bisa membawa saya pulang.
Sayangnya perhitungan saya salah. Saya yang tidak tahu cara membeli
tiket sendiri secara online harus menerima kenyataan pahit besok
paginya di Jakarta.
Tiket ke Pontianak yang ada hanya dari
Garuda Airlines dan harganya melampaui uang saya yang ada di ATM.
Tiket tercepat dan termurah hanya ada besok subuh, harganya
550.000IDR. Sebelum memutuskan untuk mengambil tiket tersebut saya
hanya berharap pada satu teman facebook saya yang lain. Teman
facebook yang ada di Jakarta.
Batre ponsel sekarat. Tapi saya masih sempat
menelponnya dan bertanya apakah dia bisa mencarikan tempat saya
menginap karena untuk membayar hotel murah rasanya sudah tidak
mungkin. Saya harus memegang uang paling tidak 400.000IDR untuk
perjalanan. Berbekalkan alamat rumah keluarganya yang ada di Kampung
Melayu, saya meminta supir mobil travel tersebut mengantar saya ke
sana.
Saya tak pernah mengenal keluarga teman saya
ini sebelumnya. Tapi saya nekad saja datang dengan membawa beberapa
tas. Untungnya disambut baik oleh bibinya dan diizinkan untuk
beristirahat di kamarnya sembari menunggu teman saya yang sedang
bekerja. Saya yang memang tidak tidur nyenyak selama 15 jam di dalam
bus akhirnya bisa beristirahat dengan tenang. Tidur dengan sangat
nyenyak hingga akhirnya teman saya datang.
Teman facebook saya ini, memang sangat baik,
selain memberikan tumpangan menginap dia juga mengantar saya hingga
ke bandara besok subuhnya. Pesawat pertama. Saat saya tiba di Bandara
Supadio, Pontianak dan menghirup udaranya yang hangat, saya sadar
bahwa saya telah menyelesaikan perjalanan nekad saya dengan baik. Bahkan saya tidak menghabiskan uang 2juta
untuk melakukannya.
Saya sudah menjejakkan kaki di Jogja, kota
yang selama ini ingin saya datangi. Bahkan saya mendatangi Malang dan
Magelang. Tempat yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya. Kalau
waktu itu saya tidak nekad saya tak akan tahu siapa saja teman-teman
facebook saya yang mau berbaik hati membantu dan apa yang ada di luar
sana yang harus saya lihat.
Ini perjalanan nekadku. Bagaimana dengan
perjalanan nekadmu?