Setiap
orang punya panggilan tertentu buat orang tuanya. Terutama ibunya.
Ada yang memanggilnya bunda, umi, mama, mami, mom, atau emak. Dalam
kasus saya sendiri, saya memanggil perempuan yang telah melahirkan
saya tengah malam buta pada Jumat Kliwon itu dengan sebutan Umak.
Sama seperti cara dia memanggil ibunya dan mayoritas anak-anak lain
juga memanggil ibunya dengan panggilan yang sama. Di Sambas, ibu
memang disebut Umak.
Jaman
boleh berubah, waktu boleh berganti, dan saya boleh berada di mana
pun. Tapi saat suatu hari nanti saya punya anak, saya juga ingin
dipanggil dengan cara yang sama seperti saya memanggil ibu saya.
Cukup Umak saja. Saya ingin merasakan rasanya dipanggil dengan cara
yang pernah saya jalani. Dan saya bangga menunjukkan tanah kelahiran
saya dari panggilan itu. Sekeren apa pun penyebutan yang lain untuk
seorang ibu, paling keren buat saya hanya empat huruf itu. UMAK.
Sejak
saya terpisah jauh dari keluarga besar saya, saya hanya bisa
berkomunikasi dengan Umak menggunakan SMS atau telpon. Kebetulan
beliau tak mengerti internet untuk menggunakan aplikasi chat yang
sekarang tersedia banyak sekali di luar sana. Sampai perang
memberikan hadiah. Namun saya tak pernah kehilangan kepercayaan yang
Umak berikan untuk saya terus melangkahkan kaki di dalam kehidupan
saya ini.
Satu
hal yang selalu saya ingat dari Umak. Dia orangnya sangat optimis
dalam banyak hal. Dia selalu mengatakan bahwa saat melakukan sesuatu
kamu harus yakin. Apa pun itu. Bagaimana pun caranya. Kamu tak punya
pilihan dan modal yang lain. Hanya bisa yakin saat menjalaninya.
Karena keyakinan akan membuat kamu kuat dan mendoakan yang terbaik
untuk dirimu sendiri. Jangan pernah menjadi orang yang pesimis.
Umak,
yang ada di kampung sana. Teman baiknya hanya beberapa orang. Jarang
mampir ke rumah tetangga dan lebih banyak berada di rumah. Kadang
sesekali menyempatkan diri beberapa jam untuk menjadi tukang urut
panggilan. Selalu punya keyakinan di dalam hidupnya. Saat saya
membayangkan suaranya di telinga saya. Hanya keoptimisannya yang saya
ingat. Saya harus menjadi orang yang penuh keyakinan. Untuk Umak dan
diri saya.
Kalau
Umak saja bisa percaya pada diri saya ini, mengapa saya meragukan
diri saya sendiri bukan?
Umak
itu... UMAK.