Beberapa
jam kemudian kami tiba di Singkawang meskipun sempat sangkut di
Mempawah saat ditahan sementara oleh polisi yang meminta uang kopi
tersebut. Kami pun mulai mendatangi beberapa tempat untuk menawarkan
kartu pasca bayar dari Indosat Matrix yang terbaru. Paketannya juga
baru dan menawarkan paket tanpa abondemen.
Di
sini akhirnya keahlian berbahasa Melayu Sambas saya dipertaruhkan.
Sebab di Singkawang juga menggunakan bahasa yang sama. Jadi saya juga
membantu teman-teman dari Indosat untuk memberikan penjelasan
mengenai keunggulan kartu Matrix dibandingkan yang lain. Kalau saja
saya bisa memindahkan paket im3 saya ke matrix sebenarnya saya juga
berminat untuk menggunakannya, tapi sayangnya hanya Mentari yang bisa
dipindahkan ke paketan matrix. Sama seperti kartu Halo yang bisanya
dari Simpati, bukan Kartu As.
Siang-siang
keliling Singkawang, memang lumayan menguras cairan tubuh. Kami yang
berpuasa sedikit kehausan dibuatnya. Untungnya saat salat Dzuhur bisa
singgah di mesjid dan menyegarkan diri dengan wudhu. Lalu salat.
Meskipun air yang kami gunakan untuk wudhu itu terasa agak asin dan
pahit, tapi tetap menyegarkan.
Setelah
salat kami pun berangkat lagi. Sambas masih setengah perjalanan lagi.
Desa Sayang Sedayu juga masih jauh, sebab untuk ke sana kami harus
menyeberang dengan feri. Penyeberangan itu lumayan jauh dari Kota
Sambas. Setelah menyeberang pun Desa Sayang Sedayu masih masuk ke
arah dalam lagi.
Semangat!