Belum
lagi kami tiba di Singkawang kami terhenti di Mempawah. Ada rencana
memang untuk turun di Kota Singkawang dan menawarkan kartu Matrix
pada beberapa kenalan Mbak Yuyun di sana. Beberapa polisi terlihat
sedang mengadakan razia. Tetapi razianya di tempat yang kelihatan
sekali bukan tempat yang layak untuk melakukan razia. Karena razia
yang mereka lakukan membuat kemacetan di sepanjang jalan tersebut.
Pak
Iwan, supir yang membawa kami, dengan tenang mengeluarkan STNK dan
SIM. Di sini masalah bermula, STNK yang dipegang Pak Iwan adalah STNK
fotokopian. Tetapi sebenarnya tidak masalah membawa STNK yang
difotokopi karena STNK aslinya sedang digunakan untuk mengurus pajak
mobil tersebut. Maklum mobilnya berplat 'B', Jakarta. Sehingga tak
bisa diurus di Pontianak untuk pajaknya.
Namun,
mobil ini memang terlalu menggoda untuk Pak Polisi itu lewatkan. Dia
tetap memaksa mengatakan bahwa kami salah. Sehingga Pak Iwan harus
turun, menjauh dari mobil untuk berbicara dengan polisi tersebut
secara langsung. Mobil kami menepi. Lalu lintas macet di jalan
tersebut. Saat Pak Iwan kembali dia segera meminta uang pada Mbak
Vera yang memang memegang semua uang untuk acara kali ini.
“Mereka
minta uang kopi.” Begitu penjelasan Pak Iwan.
“Minta
uang kopi?” kami langsung kasak-kusuk.
“Iya,
saya sudah jelaskan masalah STNK itu, mereka masih ngotot dan
ujung-ujungnya bilang: 'ya sudahlah Pak, kasih kami uang kopi aja'
begitu katanya.”
“Mereka
bilang minta uang kopi?” Mbak Vera seakan tak percaya dengan
permintaan polisi tersebut.
“Iya,
kasih 30ribu saja.”
“Tapi
kita nggak salah lo, Pak.”
Walaupun
Mbak Vera tetap memberikan uang 30ribu pada Pak Iwan dengan sedikit
kesal. Tapi kalau ini dilanjut masalah bisa lebih panjang dan kami
sedang mengejar waktu untuk tiba di Sambas yang masih sangat jauh.
Beberapa menit setelah membawa uang 30ribu Pak Iwan kembali dan
segera masuk ke mobil lalu membawa kami pergi dari tempat tersebut.
“Mereka
kayak nggak terima dikasih 30ribu.”
“Mereka
bilang apa tadi?”
“Masak
cuma 30ribu, Pak? Gitu bilangnya.”
“Ih
polisinya kok gitu ya? Nggak malu minta uang sama orang yang lewat.
Jelas-jelas kita nggak salah. Mau minta lebih lagi.”
“Nggak
halal uang kayak gitu tu.”
“Iyalah,
sama juga malak.”
“Pasti
mereka ngadain razia tanpa lapor atasan nih, razia mandai-mandai.”
“Biasalah
kan mau lebaran.”
“Coba
tadi tanya namanya siapa, pangkatnya apa, biar kita laporkan sama
atasannya. Kalau kita nanyak kayak gitu pasti mereka takut tuh, nggak
jadi mereka mau malak kita.”
Obrolan
berlanjut panjang sekali. Semuanya kesal. Sepanjang jalan itu kami
membahas hal ini dengan bersemangat. Begitulah hidup. Ada yang mau
menerima uang suap dengan memaksa malahan. Tidak memikirkan anak
istrinya diberi makan dari rezeki yang tak halal.