Kue
Sari Muke (dibaca seperti 'e' pada kaleng) adalah jenis kue yang juga
tak kalah sering dibuat nenek saya pada bulan puasa sebagai kue buka
puasa. Bedanya dengan Kusoi, Sari Muke sendiri tidak membutuhkan
tambahan pisang di dalamnya. Meskipun masih menggunakan tepung beras
dan santan untuk membuatnya.
![]() |
ada lo gambarnya walaupun hanya satu nemu diinternet |
Jadi
kalau nenek tak punya pisang di rumah dapat dipastikan dia akan
membuat kue yang satu ini.
Sari
Muke gampang sekali dibuat. Seingat saya bahan-bahannya beras yang
sudah digiling dengan 'kisaran batu'. Jadi kisaran adalah alat untuk
menghaluskan semua bahan yang ada di rumah nenek. Apa pun itu. Ada
lubang di bagian atas, lalu pegangan kisaran akan diputarkan untuk
menghaluskan bahan-bahan yang ingin nenek haluskan. Mirip dengan
blender fungsinya. Tapi ini yang tradisional.
Nenek
akan menggunakan kisaran untuk membuat kue Sari Muke. Beras direndam
dengan air. Setelah beberapa jam dan beras dianggap siap untuk
dikisar halus, maka sesendok demi sesendok beras termasuk airnya akan
dimasukkan lalu dikisar hingga menjadi cairan beras yang kental.
Sari
Muke terdiri atas dua bagian. Bagian asin yang berwarna putih dan
bagian manis yang berwarna seperti gula merah. Saya tak tahu
teman-teman menyebutnya apa. Jadi adonan tepung yang sudah halus tadi
akan dibagi menjadi dua. Yang asin dan manis. Pada saat pengukusan,
bagian yang asin berwarna putih akan dikukus terlebih dahulu, setelah
matang baru bagian berwarna seperti gula merah yang akan menutupi
lapisan atas.
Setelah
matang, dinginkan sebentar sebelum dipotong. Saya suka sekali kue
Sari Muke. Dua bagiannya mengajarkan kepada saya bahwa hidup itu
seperti ini. Ada manisnya. Ada asinnya. Tapi dengan keduanya menjadi
satu itulah hidup baru terasa 'enaknya'. Supaya kita bisa mensyukuri
bagian manisnya lalu tetap bisa menerima bagian asinnya.
Puasa
kali ini nenek bikin kue Sari Muke tidak ya?