Aku
menggenggam tangan Ryan. Menatap matanya lama. Di antara riuhnya
suara orang yang mulai panik aku melihat ketenangan di sana. Aku
melihat kembali hari penuh darah itu. Aku melihat Ryan kecil mengisak
di samping jasad ibunya. Perempuan yang sangat dia cintai. Itu bukan
bunuh diri, melainkan pembunuhan.
“Kamu
melihatnya, Jenna?”
“Melihat
apa?”
“Melihat
apa yang aku lihat. Bukankah itu yang selama ini kita lakukan?”
Aku
menggelengkan kepalaku. Ryan bisa melihat ke dalam pikiranku?
“Kita
sama Jenna. Kita mencurangi kematian satu kali. Tapi kematian itu
terus mengejar kita. Merenggut semua yang kita cintai, karena
sebenarnya kita tak layak mendapatkan apa pun lagi yang ada di dunia
ini.”
“Seharusnya
aku mati dalam kebakaran itu?”
“Iya,
kamu mencurangi kematianmu sendiri. Sampai kapan kamu akan terus
berlari? Aku lelah Jenna.”
Sekarang
aku melihat diri Ryan yang sebenarnya. Dia yang kelelahan dengan
kehidupan yang seharusnya dia tinggalkan. Sama denganku. Dia yang
menutupi semua lelahnya dengan kepribadian ganda. Dia yang telah
merenggut kehidupan ibunya untuk kehidupannya sendiri.
“Aku
menyesal membuat ibu yang ada di dalam kamar itu. Seharusnya aku yang
dibunuh oleh penculik-penculik itu. Tapi aku mengubahnya. Aku meminta
ibu yang masuk ke kamar hotel yang sebelumnya aku tempati. Ibu yang
diculik. Ibu yang dibunuh. Karena aku tahu, aku pasti mati hari itu.
Aku takut sekali waktu itu Jenna.”
Pantas
saja aku merasa keterikatan yang sangat kuat di antara kami berdua.
Kami mencurangi hal yang sama. Aku melihat sesuatu yang selama ini
tak aku lihat pada diri orang lain di dalam dirinya.
“Sekarang
kita akan menghadapinya, Ryan. Lepaskan semuanya.”
Ryan,
sekarang tersenyum dengan tenang. Senyuman yang dia simpan sejak hari
kematian ibunya. Barangkali kepribadian gandanya muncul disebabkan
oleh goncangan yang sangat keras dalam jiwanya. Perasaan bersalah
karena membiarkan ibunya yang mati untuknya.
Perasaan
yang seperti itu pula yang mengejar-ngejarku. Aku membiarkan semua
orang mati dan aku lari menyelamatkan diri dari kebakaran itu. Aku
dengan egoisnya. Membiarkan orang lain yang mengambil kematianku
waktu itu. Aku memang sangat ketakutan.
Sekarang
aku tak takut lagi. Genggaman tangan Ryan menguatkanku. Kami siap.
Selesai.