![]() |
Weheartit.com |
Tiara
tersenyum manis sambil menatap antrian pengunjung yang menyodorkan
novel yang kuberi judul 'Sang Penasihat'. Best seller. Lebih dari
semua novel yang pernah kutulis. Acara penandatanganan novel seperti
ini akan masih sangat panjang. Sebab semua toko buku besar memintaku
untuk datang ke tempat mereka. Aku menjadi terkenal seketika. Tapi
hatiku kosong. Aku masih merindukan Fadli. Sekuat apa pun aku mencoba
untuk melupakannya.
“Aku
suka novelnya, Kak Oline. Seperti sedang membaca kisah nyata.”
Seorang remaja menyodorkan novel menyadarkanku.
“Terima
kasih...” Aku terus menyambut mereka semua dengan senyuman palsu.
Aku tersenyum tapi pikiranku sendiri menangis.
“Aku
tahu kamu pasti bisa menulis yang lebih bagus dari yang sebelumnya,
Oline. Sekarang saatnya kita memperpanjang kontrak menulismu,”
bisik Tiara.
“Aku
butuh istirahat, Tiara.”
“Kapan
lagi kamu mau memanfaatkan ketenaranmu kalau tidak sekarang. Sekarang
kamu tinggal menulis satu dua novel dan orang akan tetap membelinya.
Tak peduli apa pun isinya.”
Aku
bangkit dari kursi saat buku terakhir telah aku tanda tangani. Aku
ingin pulang.
“Tiara
ini bukan soal uang.”
“Oline,
ini bisnis. Kamu bisa istirahat saat tak ada lagi yang mengingatmu,
sekarang kamu harus membuat lebih banyak karya untuk mempertahankan
reputasimu.”
“Tiara,
aku tahu ini penting buat penerbitan kalian. Tapi bisakah berikan aku
ruang sejenak untuk berpikir tentang kehidupanku sendiri.”
“Itu
terserah padamu. Toh, aku masih bisa menemukan penulis lain yang akan
membuat karyanya meledak di pasaran.”
Tiara
berlalu dari hadapanku. Dia tak punya amunisi untuk mengancamku lagi.
Kontrak sudah selesai. Aku bebas ingin melakukan apa pun dalam
kehidupanku.
“Plagiat!”
seseorang tiba-tiba berseru di belakangku.
Aku
berbalik dan menatapnya dengan wajah heran.
“Kamu
tak pantas disebut penulis, tulisanmu itu nyontek punya orang.”
Orang itu melemparkan novel 'Sang Penasihat' yang dia pegang padaku.
Sampulnya dicoret-coret dengan tulisan 'Plagiator'.
Belum
sempat aku memanggilnya dia sudah berlalu. Apa maksudnya? Aku menulis
sendiri novel ini dan ini kisahku saat bertemu dengan Fadli.
Bagaimana mungkin aku menyontek karya orang lain. Tiba-tiba ponselku
berdering. Dari Tiara. Kutekan tombolnya dan kudekatkan ke telinga.
“Ada
masalah besar.”
“Masalah
apa?”
“Ada
penerbit yang menuntutmu dan penerbitan kami. Mereka bilang isi
novelmu sama dengan novel karya penulis mereka.”
“Bagaimana
mungkin?”
“Aku
juga tak tahu.”
“Tiara,
kamu tahu kan aku tak mungkin melakukan hal rendah semacam itu.”
“Mana
aku tahu, kamu kan terdesak deadline. Kamu menyelesaikannya dalam dua
minggu, aku juga tak percaya kamu bisa menyelesaikannya secepat itu.”
“Apa
kamu lupa kisah dalam novel itu kisahku sewaktu liburan bersama
Fadli?”
“Fadli
yang mana?”
“Ah
sudah lupakan.”
“Besok
ada konferensi pers. Kita harus menjelaskan semuanya di depan pihak
penuntut. Kalau kita tidak meluruskan hal ini, mereka akan membawa
perkara ini ke pengadilan.”
“Gila!”
“Siapkan
bantahanmu untuk besok, karena penerbit tak ingin masalah ini membuat
semuanya jadi hancur. Di televisi beritanya sudah menyebar di
berbagai infotainment. Kamu harusnya malu, Oline.”
“Tiara!”
“Sampai
ketemu.”
Ini
tak mungkin terjadi. Aku tak pernah meniru tulisan siapa pun untuk
novel-novelku. Bagaimana mungkin?