Ini
adalah bagian terakhir dari semua tulisan dengan label 'Aki'. Kakek
saya yang sekarang genap 11 tahun kepergiaannya.
Sekarang
saya lebih sering mengenang bagian kami bermain bersama. Bagian dia
selalu menggendong saya setinggi mungkin dan membiarkan saya
menyentuh langit-langit, tak peduli Uwan (nenek) akan mengomel
karenanya. Saya yang masih gendut. Rambut yang jarang. Dress biru
yang selalu saya kenakan.
Rasa
ingin tahu saya pada mesin jahit Aki. Membuatnya kehabisan jarum
jahit untuk mesin tersebut karena saya membuatnya patah semua. Aki
hanya akan mengomel kalau saya menggunakan gunting kesayangannya
untuk menggunting kertas. Alasannya karena itu akan membuat gunting
tersebut menjadi tumpul. Saya tidak tahu korelasi antara kertas dan
gunting yang bisa membuat gunting tersebut menjadi tumpul. Tapi saya
selalu percaya omongan Aki.
Saya
juga selalu mengingat kami sering ke Sentebang dengan sepeda. Aki
akan menggonceng saya dan mengikat kaki saya di batang sepedanya, di
bawah tempat dia duduk dengan sapu tangannya. Supaya kaki saya tidak
tersangkut di jari-jari sepeda. Setiap kali kami ke sana, saya selalu
mengenakan sepatu flat berwarna putih milik saya.
Lalu
sebelum dia melaju, dia akan menarik tangan saya supaya memeluk
pinggangnya. Dia akan selalu menjadi laki-laki pertama yang membawa
saya jalan-jalan berkeliling dengan sepedanya. Dia juga akan selalu
menjadi laki-laki pertama yang paling saya rindukan di dalam dunia
ini.
Terima
kasih Aki untuk kehadiranmu. Meskipun tak bisa Aki membaca tulisan
ini. Biarlah kenangan kita berdua tetap abadi selamanya di hati dan
ingatan Hani.