Aki
meninggal dunia saat saya berusia 16 tahun. Saya baru saja naik ke
kelas 2 SMA waktu itu. Saya kesal sekali tak bisa menghabiskan malam
terakhir bersamanya. Saya hanya bisa melihat maut menjemputnya pagi
itu.
5
Juli 2002.
Pagi-pagi
saya dibangunkan oleh Umak karena Aki sedang kritis di rumah sakit.
Uwan sudah di sana. Kami tak punya sepeda motor. Sepeda sudah
digunakan oleh Umak untuk ke sana. Pilihannya saya hanya bisa
berjalan kaki. Rasanya itu adalah jalan kaki terpanjang yang pernah
saya lakukan. Saya ingin segera sampai.
Sebenarnya
rumah sakit tak begitu jauh, saya hanya butuh 10 menit untuk tiba di
sana dengan berjalan kaki. Tapi memikirkan laki-laki yang sangat saya
sayangi itu mendapat serangan jantung. Kritis. Saya tak tahan untuk
tidak berlari dan cepat-cepat mencari kamar dia dirawat.
Dia
masih hidup. Dia mengeluh dan berkali-kali memanggil nama Uwan.
“Mah,
sakit Mah!” itu adalah kalimat terakhir yang berulang-ulang dia
ucapkan.
Saya
menangis. Semuanya menangis. Dia masih terus mengeluh. Uwan berada di
sisinya. Memegangi tangannya dan mendekap kepala laki-laki yang
menjadi cinta pertama dan terakhir di dalam hidupnya. Tak sanggup
rasanya melihat Aki menderita seperti itu. Sampai Umak berinisiatif
untuk menyalami Aki dan memohon maaf padanya.
Semua
orang menyalaminya hingga tiba giliran saya yang terakhir
menyalaminya. Saya mengecup tangannya lembut. Ternyata hanya itu yang
Aki butuhkan. Keikhlasan kami semua. Karena setelah itu Aki tak
mengeluh lagi. Rohnya telah dilepaskan dari raga. Pagi itu, pecahlah
tangisan saya untuk pertama kalinya karena kehilangan orang yang
paling saya cintai di dunia ini.
Saya
tersedu dan tak bisa menghentikan tangisan saya. Bahkan saya tak
diizinkan untuk mengecup jasadnya yang akan segera dikuburkan di
pemakaman umum dekat rumah Uwan. Dunia saya runtuh. Seisi dunia ini
terbalik. Saya merasa hancur. Kehilangan pegangan dan tak berdaya.
Dia,
orang yang paling saya sayang, sudah tiada. Dia tak akan pernah
memeluk saya lagi. Dia tak akan bercanda dengan saya lagi. Saya tidak
siap untuk itu semua. Begitu cepat Tuhan mengambilnya.