Akhirnya apa yang saya perkirakan terjadi juga. Saya tak
sempat berfoto bersama Leoni. Dia sudah berangkat ke Kuching tadi malam sebab bus
yang ada berangkatnya malam ke sana dari Pontianak. Berarti malam selasa adalah
terakhir kalinya saya melihat wajahnya dan senyumannya yang manis.
Dia sendiri ternyata memang kurang suka difoto. Apalagi dimintai
untuk foto bareng. Makanya saya tidak meminta untuk berfoto bersama sebagai
kenang-kenangan sebab saya ingin dia yang menawarkan. Tapi pada akhirnya kami
tidak mengabadikan kebersamaan kami satu pun.
model sepatu Leoni serupa dengan yang ini |
Itulah Leoni. Dia lebih suka mengabadikan lewat matanya
langsung, bagiamana semua hal yang ada di dunia ini dia temui. Rasanya ada yang
hilang dari kepingan hati saya, meskipun sebentar bertemu dengannya tapi semua
impian saya tercapai. Saya bertemu seseorang yang menggunakan aksen British dan
itu rasanya menyenangkan.
Satu hal yang masih mengganggu saya adalah sepatu Leoni
yang dititipkan di rumah menghilang. Lenyap begitu saja. Padahal saya punya
banyak sepatu di rak dan yang menghilang sepatu miliknya. Sepatu kulit berwarna
cokelat yang dianggapnya sudah sangat bulukan. Tapi sepatu tersebut menghilang
begitu saja.
Kemarin sudah memelototi layar CCTV untuk melihat orang
yang mencurigakan tapi belum menemukan juga. Mungkin saya harus menontonnya
ulang dan pada akhirnya akan menemukan siapa orang yang dengan tega telah
mencuri sepatu Leoni. Sepatu yang dia bawa dari Inggris dan akhirnya hilang di
Pontianak.
Dia juga bilang dia yang ceroboh telah meninggalkannya di
dapur di depan kamar saya. Saya juga salah tidak menyimpannya di dalam kamar
dan malah membiarkannya di atas rak sepatu yang bisa diakses oleh siapa saja. Leoni
dan sepedanya, sekarang tak lagi bersepatu melainkan bersendal jepit karena
sepatunya sudah berpindah tangan.
Hanya bisa mendoakan dia selamat sampai di tujuan dan bisa
bertemu kembali suatu hari nanti.