Kata orang cinta pertama tidak akan pernah terlupakan. Pernahkah
kamu punya perasaan yang kamu sendiri tak bisa menjelaskannya? Ada rasa geli
yang menggilitik perutmu sendiri. Perasaan yang kamu sembunyikan rapat-rapat. Terasa
sangat salah tapi terasa sangat menyenangkan. Tak ada teori yang bisa menjelaskannya
karena di kamus tertulis ‘cinta’. Tanpa warna atau rupa.

Belasan tahun yang lalu. Cinta pertama itu bersemi. Di sebuah
bangku sekolah dasar. Kerlingan mata yang tajam tak ingin berpaling dari sang
pujaan yang rupawan. Curi-curi pandang menjadi sesuatu yang menyenangkan. jika
mengingat itu semua, bisa jadi semua orang sebenarnya sudah mengetahuinya. Bahwa
orang yang terus saya perhatikan adalah dia.

Hingga hari ini saya masih mengingatnya sebagai sesuatu
yang penting di dalam sejarah yang akhirnya membentuk diri saya yang sekarang. Dia
yang mengajarkan bahwa cinta tak seindah dan semurni orang yang merasakannya. Bahkan
cinta tak perlu bertepuk dua belah tangan. Bertahun-tahun berlalu, sebelah tangan
pun ternyata cukup menyenangkan.
Lalu kedewasaan menyapa dan akhirnya sang pencinta sadar
bahwa dia terlalu lama berada di dalam kepompong. Sudah saatnya untuk
mengepakkan sayap indahnya. Saat dirinya bukan seekor ulat yang menjalar di
daun-daun, ketika itu semua mata tertuju padanya. Termasuk mata orang yang
menjadi orang yang dia cintai pertama kalinya.

Kemudian saat tangan dari orang yang dia cintai terulur,
dia sadar satu hal bahwa sekarang dia sudah menjadi kupu-kupu. Dia punya sayap
yang akan membawanya terbang ke mana saja dia mau. Bahkan menjelajahi seisi
hutan sendirian.

Apakah dia harus menyerahkan kehidupannya pada sekuntum
bunga dan mengabaikan seisi taman?
Kupu-kupu itu memutuskan untuk menjelajahi seisi dunia dan
menemukan belahan jiwanya yang memang bukan cinta pertamanya. Dia hanya bisa
berdoa bahwa nantinya itu adalah cinta terakhirnya.
Sumber gambar: Weheartit.com