Hai…
hai… tiba-tiba niat bikin fiksi lagi. Semoga kisah yang ini menyenangkan. Ceritanya
masih belum jelas mau dibawa ke mana, saya menulis mengalir. Ini masih fresh from the oven.

Senja melilit
tubuhnya dengan handuk setelah setengah jam menyiram tubuhnya dengan air yang
dingin. Dia berusaha menghapus sisa kenangan semalam yang akan menjadi sejarah
panjang kelangsungan hidupnya. Nugrah meminta hubungan mereka berakhir. Begitu saja.
Alasannya? Karena Senja mengetahui semua kebohongannya. Padahal kenyataannya
lebih masuk akal untuk diceritakan.
Nugrah
terlalu mencintai pekerjaannya sehingga tidak punya waktu luang untuk Senja. Tapi
selalu saja beralasan pergi keluar kota karena dapat tugas dari kantor. Padahal
sejujurnya, dia tenggelam di kantornya setiap malam karena lembur. Tidak enak
hati untuk mengatakan bahwa dia absen mengapel sang pujaan hati demi memenuhi
kepuasannya untuk bekerja.

Senja mengambil
handuk kecil dan mengeringkan rambut panjangnya yang hitam dan bergelombang. Matanya
tidak berair. Tidak sama sekali. Dia bahkan tersenyum saat Nugrah memeluknya untuk
yang terakhir kali. Dia sedih tapi disaat yang sama merasa lega tidak perlu menerima
sedemikian banyak kebohongan lagi.
Sudah banyak
cinta yang meninggalkan Senja tapi kali ini yang paling tidak menyakitkan. Bukan
karena Senja tak mencintainya. Dia sangat mencintai Nugrah. Dari semua cinta
yang pernah hadir dalam hidupnya dia merasa Nugrah akan menjadi pelabuhan
terakhirnya. Ternyata dia salah. Bahkan dia terlampau salah berpikir untuk merajut
masa depannya bersama laki-laki itu. Nugrah bukanlah pria beruntung itu. Meskipun
Senja harus mengakui baru kali ini dia bertemu dengan seseorang yang 99%
memenuhi criteria yang dia inginkan menjadi kekasihnya. Suami juga. Ternyata 1%
itu yang membuat hubungan itu harus berakhir.

“Senja…”
Sandy
muncul di depan pintu kamarnya dengan sebuah bungkusan.
“Bisa
ketuk pintu dulu sebelum masuk?”
“Pintunya
tidak terkunci.”
“Bukan
berarti kamu boleh masuk seenaknya. Ini kamar perempuan Sandy. Kamu tuh cowok.”
“Sama
saja kali, sudah berapa lama sih kita kenal?”
“Lama
sekali dan harusnya kamu mengerti bahwa kamu cowok dan aku cewek.”
Sandy tak
peduli dengan wajah Senja yang terlihat cemberut.
“Aku
tahu kamu lagi tidak ingin bicara dengan siapa pun. Tapi aku bawain makanan
kesukaan kamu.”
“Minimal
kamu bisa berikan ruang untukku mengenakan pakaian?”
Sandy meletakkan
bungkusan yang dia bawa dan beringsut keluar sambil mengangkat kedua tangannya.
***

Senja telah
merapikan rambut panjangnya. Membiarkannya tergerai. Ia mengenakan kaos pink
dan celana pendek yang biasa dia kenakan di rumah. Gadis itu membuka bungkusan
yang dibawakan Sandy. Sejenak dia menyesal telah bersikap ketus pada Sandy. Ia segera
berlari menuruni tangga dan keluar dari rumahnya. Sejenak dia tertegun di depan
pagar. Matanya menatap dua sosok yang berada di halaman rumah Sandy yang tepat
bersebelahan dengan rumahnya sendiri. Sandy tak sendirian di bangku taman, ada
Jenny di sana.

Bukan
waktu yang tepat untuk datang ke sana tapi Sandy terlanjur melihat
keberadaannya. Tangan sahabatnya itu melambai dan membuat langkahnya yang tadi
terhenti harus dia lanjutkan kembali.
“Aku
mau pergi ke toko buku sebenarnya.” Senja berbohong dengan wajahnya yang sama
sekali tak bisa menyembunyikannya.
“Toko
buku? Kebetulan, Sandy juga mengajakku ke sana. Kita bisa pergi bertiga kalau
kamu tidak keberatan.” Jenny menyambar begitu saja.

Sandy tersenyum
mengejek. Dia tahu Senja berbohong dan hanya menghindari percakapan yang lain
dengan Jenny. Celana belel yang dia kenakan bukanlah celana yang sering Senja kenakan untuk ke toko buku. Itu celana kebangsaan yang ia kenakan untuk nongkrong di rumahnya. Dari mata Senja dia bisa membaca betapa sahabatnya itu ingin
meledak. Sandy menebak Senja akan tambah marah padanya sepulang dari toko buku.
Senja menggigit bibirnya. Sekarang dia terperangkap di antara sahabatnya dan
pacar sahabatnya. Posisi yang selalu dia hindari dan hari ini dia terperosok
tanpa tahu caranya untuk keluar.
Bersambung....
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).