Aku
meletakkan selembaran uang lima puluh ribuan dan meraih kunci kamar. Laki-laki
yang menjaga penginapan itu menatapku. Ia tahu aku ingin menanyakan sesuatu.
Aku mengeluarkan selembar foto dari saku jaketku.
“Aku
mencari laki-laki ini.”
Aku
hanya punya foto itu untuk menemukannya. Foto pertama dan terakhir yang sempat
kami ambil bersama.
“Adam?”
“Kamu
kenal dia?”
“Dia
sering ke sini, dia juga sering ke Malioboro.”
“Bisa
saya minta alamatnya atau nomor ponselnya?”
“Saya
tidak tahu alamatnya apalagi nomor ponselnya. Tapi dia selalu ada di Malioboro
jika sudah tengah malam.”
***
Aku
berbaring di ranjang. Menelentang. Menerawang langit-langit kamar yang baru
saja kusewa. Masih beberapa jam menuju waktu tengah malam. Aku harus berani
buat meminta Adam menalakku. Pernikahan ini tidak perlu ada. Toh dia tidak
mengenalku sama sekali begitu juga denganku. Pernikahan ini tidak akan
memberikan makna apa-apa dalam kehidupan kami. Dia pasti tidak masalah apabila
menceraikanku. Harusnya sebelum pulang kemarin aku memintanya untuk melakukan
itu. Sehingga aku tidak perlu mencarinya lagi.
Pukul
11.36 malam. Semoga Adam sudah berada di Malioboro. Aku segera naik becak yang
disediakan penginapan untuk disewa. Aku pikir sekarang aku lebih aman. Aku
tidak perlu takut lagi dengan orang yang berpapasan denganku. Apalagi aku tidak
berniat ke Sarkem.
“Adam?”
Aku
menghampiri seorang laki-laki yang baru saja akan menstarter sepeda motornya.
Aku kenal sekali dengan sosoknya.
“Liz.
Kapan kamu sampai?”
Adam
langsung memelukku.
***
Aku terdiam di pinggir
ranjang. Tangan Adam menggenggam jemariku erat dan hangat.
“Aku tidak tahu harus mulai
dari mana, ini sedikit gila, tapi aku pikir aku mencintaimu.”
“Bagaimana mungkin?”
“Aku rasa aku harus menemui
orang tuamu. Kita harus mulai dari awal.”
“Adam, aku datang bukan untuk
membicarakan ini.”
“Lalu apa?”
“Pernikahan kita adalah
kesalahan. Harusnya kita tidak menikah. Bukan begini harusnya.”
![]() |
Gambar dari sini. |
“Aku akan perbaiki, kita bisa
menikah ulang. Sejak kamu pergi aku sudah yakin ingin menikahimu
dengan selayaknya. Seperti
pernikahan orang lain. Lamaran. Ijab kabul. Resepsi.”
“Aku mencintai orang lain, aku
ingin menikah dengannya. Kita harus bercerai.”
“Tidak
bisa! Aku bukanlah seseorang yang menyepelakan pernikahan. Pernikahan bukan
mainan Liz.”
“Pernikahan
kita kesalahan. Sekarang kita perbaiki.”
“Apa
kamu percaya Tuhan?”
“Maksudmu
apa?”
“Ketika
Tuhan memberikan jalan pernikahan untuk kita berdua bagaimanapun caranya, itu
tetaplah sebuah pernikahan Liz.”
“Aku
tahu itu pernikahan, tapi tidak memberikan manfaat apa-apa untuk kita.”
“Aku
ingin kamu belajar mencintaiku Liz.”
“Tap…”
![]() |
Gambar dari sini. |
Adam menutup mulutku dengan
bibirnya. Aku tak sempat menghindar.
Bersambung…
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah yang baik. Semua komentar yang masuk akan dimoderasi. (admin: Honeylizious [Rohani Syawaliah]).